Pada malam yang cerah di terangi ribuan bintang yang indah,
aku bersama temanku ali namanya pergi mencari makanan dan kamipun memutuskan
untuk makan di sebuah warung makan BURJO. Warung makan yang satu ini cukup
terkenal di daerah Yogyakarta karena jumlahnya yang cukup banyak dan
harga-harganya pun cukup bersahabat di kalangan mahasiswa seperti kami ini.
Aku langsung duduk dan memesan dua porsi makanan, di warung
yang cukup ramai ini dan di temani suara mobil yang berlalu lalang di Ring Road,
yang menyerupai jalan tol, sambil menunggu pesanan datang, aku iseng-iseng saja
meminta nomer cewe kepada temanku ini, ya karena memang temanku Ali ini kuliah
di STIKES sedangkan aku kuliah di universitas, dan aku yakin dia memiliki
banyak kenalan perempuan, namun Ali
seperti enggan memberikan nomer kepada orang asing sepertiku, apa kata temannya
nanti bila ia seenaknya memberikan nomer ke orang lain, ternyata filingku
salah, akhirnya Ali memberikan salah satu nomer yang tersimpan di contact
handphone nya.
“Terimakasih
Ali”,
“ya, kamu jangan jailin orang ini, awas aja kalo kamu
jailin” ancam Ali
Beres bos, jawabku sambil menyengir kecil.
Suasana yang begitu ramai diwarung makan ini, membuat
pesanan makan kami agak sedikit terlambat, “den ayo cari tempat lain aja”
ringis Ali kelaperan.
“tanggung Li, sudah dipesan” bujukku untuk bersabar
Percakapan aku dengan Ali pun sempat terhenti karena pesanan
sudah tiba, tanpa basa-basi Ali dan aku yang sedari tadi sudah menahan lapar
cukup lama langsung melahap tanpa ampun.Seperti orang yang belum makan 3 hari,
satu porsi makanan tadi langsung habis dalam beberapa menit saja.
“Eeeee” sendawa Ali
“dih jorok banget ini anak
Setelah perut terasa kenyang dan kurasakan kantuk, akupu mengajak
Ali untuk balik ke kost,
“ayo Li balik ??”
Ali pun mengiyakan, mungkin Ali pun merasakan kantuk seperti
yang aku rasakan.
Sesampainya di kost, rasa kantuk yang dari tadi merasuki
tubuhku ini hilang, entahlah. Aku malah kepikiran percakapanku dengan Ali dan
akupun langsung teringat langsung dengan nomer yang tadi di berikan oleh
temanku ini.
Di temani suasana yang sunyi dan hanya terdengar suara
jangkrik yang saling bersautan, aku tanpa berfikir panjang langsung mengirimkan
pesan singkat atau bahasa gaulnya “SMS”,
“Permisi”, aku membuka percakapan singkat/SMS
“Iya, ini siapa?” Balasnya
“Aku Deny temannya Ali”, balasku dengan jujur, ya dari
pengalaman teman-temanku sewaktu SMA yang pernah aku temui, ketika berkenalan
biasanya mereka tidak mau menggunakan nama aslinya, aku memilih menggunakan
nama asliku.
“Oh iya”, balasnya singkat
“Ini Dilla kan?” Aku mengetahui namanya dari temanku Ali
“Iya, Aku teman baiknya Ali”,
“Salam kenal ya”. Sms penutup dariku
“iya”, Dilla mengiyakan.
Suara jangkrik masih terdengar saling bersautan, malah
sepertinya kawanan jangkrik ini semakin banyak saja, buktinya suaranya semakin
keras ku dengar, dingin kurasakan dan aku memaksakan untuk tidur karena besok
aku ada kuliah jam 7 pagi.
Keesokan harinya, suasana yang sejuk aku terbangun agak
kesiangan mungkin karena faktor semalam yang ku alami. Aku bergegas mandi
karena aku hampir kesiangan dan celakanya lagi mata kuliah pagi ini adalah
matematika, bukannya apa-apa. Tapi masalahnya, dosen matematika ini , dia
selalu ON TIME untuk tiba di kelas, wah mati aku. Selesai mandi, tanpa
buang-buang waktu aku langsung berlari, ya tidak seperti mahasiswa lainnya yang
menggunakan kendaraan bermotor Untuk tiba di kampus, aku menempuh perjalanan ke kampus dengan
berjalan kaki. Ya jalan kaki kan sehat teman.
Alhamdulillah sesampainya di kelas, ternyata aku belum
telat. Mungkin sama seperti yang aku rasakan, malas sekali rasanya ketika kita
berhadapan dengan mata kuliah yang satu ini, selain membuat otak kita panas,
dosennya pun tidak bersahabat. Contohnya, beliau menjelaskan materi dengan
sangat cepatnya tanpa memikirkan nasib kami para mahasiswa, apakah sudah faham
atau belum?? Ya kami sendiri pun tak tau apakah kami sudah faham.
Seperti biasa, perkuliahan berjalan dengan membosankan, itulah
yang aku rasakan. Rasanya ingin teriak ketika akhirnya bisa keluar kelas
matematika. Awan mendung menyelimuti kota Yogya, dan akupun berlekas untuk
pulang. Berbeda dengan berangkat kuliah, kalo pulang kuliah biasanya aku selalu
nebeng temanku yang kebetulan searah dan aku bersyukur.
Tiba di kost dengan tepat waktu, karena di luar sana kami di
kejar oleh hujan seperti hendak menagih hutang yang sudah nunggak 3
bulan,tetapi temanku tetap memaksakan untuk pulang meskipun hujan sudah turun
dengan begitu derasnya.
“Makasih ya wan”, hati-hati di jalan
“iya”, jawabnya sambil menarik gas motor.
Aku bersyukur karena memiiki teman yang baik seperti Iwan
ini, yang bisa aku tebengin tiap pulang
kampus. Hhee. Ya kita sesama manusia memang saling membutuhkan dan dibutuhkan.
Tanpa ada kegiatan di kampus alias mahasiswa
“Kupu-kupu” kuliah-pulang. Bukan tanpa
adanya kemauan, sebelumnya aku sudah pernah mendaftar di organisasi “MAPALA”
Mahasiswa pecinta alam, tapi sayangnya aku gagal masuk organisasi yang satu
ini. Ya mau gimana lagi, mungkin tahun depan aku akan mencoba organisasi lain.
Beginilah nasib mahasiswa kupu-kupu, membosankan ! tanpa
adanya kegiatan selain kuliah dan kuliah.
Aku sms Dilla lagi, dan mengobrol lewat sms,
3 hari berlalu dengan cepat, dan aku jadi sering sms-an sama
Dilla. Walaupun belum pernah bertatap muka, tapi tak apalah biarkan mengalir
dengan mengikuti jalannya waktu. Ingin rasanya memiliki pacar di daerah Yogya
ini yang kuyakini kalo kita pacaran maka akan menambah semangat dan gairah
dalam menjalani hidup.
Sabtu pagi aku bangun pukul 05.00, 2 rakaat dilanjutkan
mandi dan sarapan, seperti biasa aku menjalani kegiatan rutinku sebagai
mahasiswa, yaitu kuliah dan kuliah, tak ada lagi kegiatan selain kuliah karena
akupun tidak mengikuti kegiatan tambahan di kampus alias mahasiswa kupu-kupu.
Pagi ini terasa berbeda, biasanya aku agak males untuk pergi
kuliah, perkiraanku benar ! seandainya aku sudah berpacaran mungkin aku akan
lebih bersemangat dari hari ini dan hari-hari sebelumnya. Burung-burung
berterbangan di udara bersiulan dengan ramainya seperti memberikan ucapan
semangat pagi kepadaku, dedaunan hijau begitu segar di pandang mata, semuanya
terasa seperti mendukung aku untuk berkuliah pagi ini. Semoga saja kuliah hari
ini lancar ! amin.
Selesai berkuliah, sebagai mahasiswa yang bertitle mahasiswa
kupu-kupu. Aku pun langsung pulang menebeng temanku yang sama denganku
menyandang title mahasiswa kupu-kupu. Sebenarnya masih banyak sih mahasiswa
yang menyandang title mahasiwa kupu-kupu, ya saking banyaknya tidak bisa aku
sebutkan satu persatu, tidak butuh waktu lama aku tiba di kost, memang jarak
kostku ke kampus ini tidakbegitu jauh dan ini sangat memudahkan mahasiswa
seperti aku yang tidak berkendara,
“Wan mampir dulu” ajakku
“iya den next time aja lah” tolaknya.
“yaudah, makasih Wan”.
Waktu menujukan pukul 11.00 dan ini yang paling tidak aku
sukai, cuaca yang tidak menentu, kemarin hujan dan sekarang panas terik,
matahari penuh menampakkan wujudnya tanpa ada awan yang menghalangi, aku
memutuskan untuk beristirahat di kost saja. Di dalam kost saja sudah kepanasan
kaya gini, apalagi di luaran sana waahhh, gerutuku dalam hati.
Sambil tiduran, aku ambil Hpku dan ku sms Dilla
kembali,
“Dilla !”
“iya” Balasnya singkat
“Nanti malem ketemu yuk ! “ ajakku
“Oh iya, jam berapa ?”
“Jam 7 aja gimana?” Tawarku
“Iya” Dilla mengiyakan.
Yes, lega rasanya bisa mengajaknya bertemu, tetapi tegang
juga rasanya, karena mungkin ini pertemuan pertama kalinya Aku dan Dilla.
Setelah mengajak Dilla ketemuan melalui sms, saking lelahnya
dengan ditemani cuaca yang begitu panas aku langsung tertidur lelap di siang
itu. Kalian tau aku terbangun jam berapa??
Aku terbangun pukul 18.30. kaget melihaht jam sudah
menunjukan pukul 18.30, karena tidak seperti biasanya dan juga bingung karena,
ya karena aku baru bangun tidur jadi separuh jiwaku masih tertinggal di dalam
mimpi sewaktu tidur. Seketika aku ingat bahwa aku akan bertemu dengan Dilla
untuk pertama kalinya, fikiranku langsung tertuju ke HP dan langsung aku
kirimkan pesan ke Dilla.
“Dilla jadi gak??” Aku memastikan
“Iya jadi”
“Oke”.
Setelah melihat pesan balasan dari Dilla, tanpa banyak fikir
aku langsung memutuskan untuk mandi dan setelah mandi aku langsung menuju ATM terdekat
yang berlokasi di depan kampus UMY, ya walaupun ini pertemuan yang pertama
setidaknya dompetku ini harus ada isinya, seperti pepatah bilang “sedia payung
sebelum hujan”. Karena ini pertemuan yang pertama, aku berfikir sejenak.. ya
aku membutuhkan seorang teman untuk menemaniku bertemu dengan Dilla.
Aku mengajak temanku, Haris namanya. Setelah kurasa siap,
aku mengirimkan pesan lagi.
“Dilla, aku sudah di depan kostku ini”
“Ya tunggu sebentar “.
Kost aku memang berdekatan dengan Dilla, jadi aku dengan
ditemani temanku Haris, menunggu di jalan kecil depan kostku.
Tidak butuh waktu lama, ada dua orang perempuan yang keluar
dari gang kecil yang aku kira salah satunya adalah Dilla, wanita yang akan aku
temui. Seperti sedang mencari seseorang, kedua wanita itu melirik kanan dan
kiri, tidak lama kemudian merekapun mendekati aku dan Haris yang sedang
menunggu. ya ternyata kiraanku benar, salah satu dari mereka adalah Dilla.
Dengan rasa malu akupun mendekatinya dan langsung berkenalan secara resmi.
Memang benar kata Ali, ternyata Dilla memang wanita yang
cantik dan aku lihat dari penampilannya wanita yang satu ini agak tomboy dan “I
LIKE IT”.
“Kita ngobrol di kost aku aja yuk!!” ajak Dilla dengan nada
rendah
“Ayo” Aku mengiyakan.
Kami pun pergi menuju kostnya Dilla yang lumayan dekat
jaraknya dengan kostku, tidak butuh waktu lama, kami sudah sampai di kostnya
Dilla, ya aku sudah bilang kostnya Dilla memang berdekatan dengan kostku, tidak
sampai lima menit untuk sampai ke kost Dilla dengan hanya berjalan kaki.
Dilla pun mempersilahkan aku dan Haris duduk di teras depan
kostnya, aku pun memulai pendekatan alias “Pedekate”. Kami saling menanyakan
satu sama lain, semisal hobinya, kebiasaannya, apa yang tidak di senangi.
Dengan fokus dan konsentrasi yang tinggi aku memperhatikan segalanya tentang
Dilla. Memang Dilla wanita yang asik di ajak bicara, dan begitu pula denganku
yang sedikit selengean. Ketika kami sedang asik ngobrol, tiba-tiba ada seekor
tikus yang melewat dan kebetulan Dilla melihatnya, dengan ekspresinya yang
kaget, Dilla terlihat lucu. Tetapi bukan kaget karena takut, dia kaget karena
ukuran si tikus yang begitu besarnya, ya mungkin Dilla belum pernah menemui
tikus sebesar itu di daerahnya Mataram.
Aku merasakan nyaman ketika mengobrol dengan Dilla, cara Dilla
memperhatikan orang yang sedang berbicara itu membat kita merasa di hargai dan
selalu diperhatikan. Nampaknya aku positif jatuh cinta. Semuanya tentang Dilla
aku menyukainya. Aku ingin mengenalnya lebih dekat dan lebih dekat lagi dan aku
menginginkan Dilla menjadi kekasihku seutuhnya.
Keasikan mengobrol, tidak terasa setelah aku melihat HP,
ternyata jam sudah menunjukan pukul 22.30. aku memutuskan untuk pulang .
“Aku pulang dulu ya, udah malem nih gak enak sama ibu kost”
Pamit ku
“Iya, hati-hati ya !”
Malam yang gelap tanpa bintang menemani perjalanan pulang
ku, berbeda dengan suasana malam yang gelap, hatiku terasa terang-benderang
setelah menemui Dilla, mungkinkah dia akan menjadi milikku seutuhnya? Entahlah,
ku rasa terlalu jauh untuk berfikir ke arah situ, aku ingin berjalan lebih
dekat untuk lebih menginali sosok Cewek Stikes ini.
Sesampainya di kost, dan Haris yang sedari tadi menemaniku
pun memilih untuk tidak mampir dan langsung pulang. Setelah Haris pulang,
perutku terasa lapar, dan kudengar suara perutku yang komat-kamit, akupun
langsung menuju warung makan langgananku Burjo. Aku memang sudah akrab dengan
penjual warung makan burjo ini dan itu membuat aku betah untuk berlama-lama
mengobrol dengan penjual warung makan burjo.
Perut terasa kenyang dan setelah ku rasa bosan. Pukul
menunjukan 01.00, aku pulang membawa beban karena perutku yang sudah terisi
melebihi kapasitas. Di jalan kecil yang sunyi dan gelap, aku berjalan pulang.
Tak henti-hentinya aku terus memikirkan Dilla, wanita yang
baru saja aku temui. Sepertinya aku langsung menyukainya, tapi aku tidak mau
terburu-buru, karena aku baru mengenalnya, dan belum tentu Dilla menyukaiku? Ah
entahlah. Setibanya di kost, akibat perut yang terisi penuh, rasa kantukpun
tidak dapat terelakkan dan aku langsung tidur.
Keesokan harinya aku menjalani perkuliahanku dengan suasana
hati yang agak sedikit berbeda, maklumlah, aku sedang kasmaran coy.
Ya sesuai dengan prediksiku, kalo
aku mempunyai seorang pacar maka ini akan sangat memotivasi diri untuk tetap
semangat menjalani perkuliahan. Setelah mempersiapkan segalanya, akupun
langsung berangkat ke kampus dengan berjalan kaki. Semoga hari ini lancar ya
Tuhan “dalam hatiku terpanjatkan doa”.
Setalah kupastikan tidak ada
perkuliahan lagi, aku langsung pulang ke kost. Kenapa aku berkata seperti itu,
karena di jurusanku ini memang jadwal perkuliahan terkadang berubah-ubah dan
bahkan perubahan itu sering kali mendadak, sehingga membuat mahasiswanya
kebingungan. Tidak jarang aku tertinggal mata kuliah karena jadwal yang sering
berubah-ubah.
Ah itu tidak terlalu penting, yang
ada di kepalaku hanyalah bahwa aku harus menjalani kuliah dengan
sungguh-sungguh, setidaknya aku sudah mempunyai niat baik, dan di setiap niatan
baik pasti Tuhan selalu memberikan jalan, dan itulah yang selalu memotivasiku
untuk menjalani kuliah.
Entah kenapa fikiranku tidak
pernah lepas dari bayangan cewe dari stikes yang satu ini, aku selalu ingin
bertemu dengannya,
AKU TIDAK BISA MENYELESAIKAN
TULISANKU INI, KARENA KETIKA AKU BELUM SEMPAT MENYELESAIKANNYA, AKU TELAH
MERASAKAN SAKIT !!
Aku sangat merindukannya ya Tuhan,
hatiku selalu ingin bersamanya. Tetapi apalah dayaku, Dia yang mengakhiri
hubungan kami, jadi aku tak dapat melakukan apapun. Dilla adalah cinta
pertamaku ya Tuhan, jika dia jodohku maka jagalah dia untukku, lindungilah
hatinya untukku, aku sangat tersiksa dengan keadaan ini, aku tidak lagi
memiliki semangat dalam menjalani kehidupan yang keras ini, penuh dangan
rintangan, hambatan. Aku butuh dia ya Tuhan, aku ingin dia selalu berada di
sampingku. Selalu membrikan semangat ketika aku terjatuh, Aku ingin pundaknya
hanya untukku kelak ketika aku merasakan lelahnya berjalan menyusuri luasnya
dunia yang harus aku jalani dengan tegar. Ya Tuhan jika dia bukan jodohku, maka
jauhkanlah kami, aku tak ingin lagi melihatnya, karena itu akan sangat
menyakitkan sekali. Aku sedih sekali,
rasanya aku tidak memiliki tujuan lagi. Untuk apa aku hidup di dunia jika bukan
karenanya, untuk apa aku merasakan lelah yang begitu melelahkan jika bukan
karenanya. Aku merasa seperti kapas yang
tertiup angin yang sangat kencang, apalah daya kapas, ia hanya bisa mengikuti
arah angin yang tidak pernah di ketahui arah tujuannya, walaupun begitu kapas
tetap terus mengikuti arah angin, dan aku pasrah menyerahkan semuanya hanya
kepada Mu Tuhan. Hanyalah Engkau yang tahu bagaimana dia membuka dan menutup
kembali hati ini tanpa permisi. Jauhkan dia dari hidupku Tuhan, kumohon ! Aku
tidak ingin terus berada dalam keterpurukan yang begitu menyesakkan jiwa.
Bagaimana dengan perkuliahanku, masa depanku kelak, jika sampai sekarang aku
masih saja melihat wajahnya. Bagaimana aku bisa lupa, bagaimana aku bisa
bangkit kembali bila ternyata aku masih merasakan sakitnya, hancurnya
perasaanku. Sekarang senyumku dan tawaku bukan lagi lambang kebahagiaanku, aku
lupa bagaimana caranya tertawa dengan begitu lepasnya, aku telah lupa bagaimana
caranya tertawa hingga terbahak-bahak, aku telah lupa sagalanya. Entahlah,
rasanya begitu menyakitkan sekali ketika aku mendengarkan lagu Rossa-terlalu
cinta. Tapi enggan bagiku untuk men-delete lagu ini karena aku tidak mempunyai
alasan yang kuat. Tuhan, aku sangat percaya jika engkau maha penyayang kepada
hambanya, engkau tidak mungkin rela melihat hambanya terus berada dalam
keterpurukan, jadi berilah aku jalannya. Dia adalah orang ke-2 setelah orang
tuaku yang mampu membuat aku menangis ketika mengingatnya, dia adalah wanita
ke-3 yang sangat aku sayangi setelah ibu dan kakak perempuanku, dan bagiku dia
adalah orang ke-2 yang sukses membuat aku menangis tanpa henti setelah wafatnya
ayahku. Bagaimana aku dapat berjalan kembali ketika aku mengingat dalam hatiku
masih terdapat luka, luka yang datang, pergi dan datang kembali.
Jalan hidup seseorang memang tidak
ada yang mengetahui, termasuk diriku sendiri. Setelah Dilla mengakhiri hubungan
kami. Fix, kamipun tidak pernah ada lagi komunikasi, baik sms ataupun telpon.
Semua terasa berat kujalani, walaupun begitu hidup masih tetap harus berjalan,
toh bumi beserta isinya pun tidak akan pernah peduli dengan semua keluhanku.
Aku harus mulai menata kembali kehidupan, menempatkan sesuatu pada tempatnya
kembali dan membuang semua hal-hal yang tidak perlu, termasuk menghapus semua
hal tentang Dilla.
Tentu saja semua orang tidak akan
mau merasakan yang namanya sakit hati, tetapi pada hakikatnya dengan rasa sakit
inilah manusia dapat tegar & kuat dalam menjalani kehidupan. Dan rasa sakit
adalah bagian dari warna-warninya kehidupan. Ketika kita tua kelak, ada sesuatu
yang bisa kita kenang, walaupun itu rasa sakit